Rabu, 27 Mei 2015

HIDROGEOLOGI

HIDROGEOLOGI

Pengertian
Terdapat beberapa istilah mengenai air, yaitu :
Hidrogeologi berasal dari dua suku kata yaitu Hidroyang berarti air, dan geologi yang berarti ilmu yang mempelajari tentang bumi. Maka hidrogeologi dapat diartikan ilmu yang mempelajari mengenai air beserta proses, sifat fisik, dan keterdapatannya di alam.

Hidrologi berasal dari kata hidro yang berarti air, dan logi yang berarti ilmu. Maka dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari air (permukaan).

Hidrometeorologi merupakan ilmu yang mempelajari keterdapatan dan sifat fisik air atmosfer.
Siklus air
Dalam perjalanannya air mengalami siklus yang terjadi melalui proses secara terus menerus. Dimana proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.


Siklus Hidrologi


Proses yang terjadi adalah :
1.      Pemasan dari sinar matahari merupakan faktor yng penting
2.      Evaporasi merupakan proses penguapan pada permukaan air terbuka dan permukaan tanah ke udara
3.      Transpirasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari vegetasi
4.      Evapotranspirasi merupakan proses penguapan air yang berada di daratan, laut, sungai dan tanaman ke atmosfer
5.      Infiltrasi merupakan proses penyerapan air kedalam lapisan tanah atau batuan
6.      Presipitasi merupakan proses mengembunnya uap air menjadi segala bentuk (salju, hujan, dll)
Akibat panas yang bersumber dari matahari, terjadi penguapan air yang berada dipermukaan tanah, yang berada pada vegetasi dan air permukaan, uap air hasil penguapan ini pada ketinggian tertentu akan menjadi awan, kemudian beberapa sebab awan akan berkondensasi menjadi presipitasi ( yang diendapkan atau dijatuhkan), bisa dalam bentuk salju, hujan es, hujan, dan embun. Air hujan yang jatuh kadang-kadang tertahan oleh tajuk (ujung-ujung daun), oleh daunnya sendiri atau oleh bangunan dan sebagainya.Hal ini diberi istilah intersepsi.Besarnya intersepsi pada tanaman, tergantung dari jenis tanaman, tingkat pertumbuhan, tetapi biasanya berkisar 1 mm pada hujan-hujan pertama.Kemudian sekitar 20% pada hujan-hujan berikutnya.
Air hujan yang mencapai tanah, sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan tanah), sebagian lagi menjadi aliran air di atas permukaan (over land flor) kemudian terkumpul pada saluran. Aliran air ini disebut surface run off.
Hasil infiltrasi sebagian besar menjadi aliran air bawah permukaan (interflow/sub surface flor/through flor). Dan sebagian lagi akan mebasahi tanah. Air yang menjadi bagian dari tanah dan berada dalam pori-pori tanah disebut air soil.
Apabila kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka kelebihan airnya akan berperkolasi (mengalir vertical) mencapai air tanah. Aliran air tanah (ground water flow) akan menjadi sesuai dengan hukum-hukum fisika. Air yang mengalir itu pada suatu situasi dan kondisi tertentu akan mencapai danau, sungai, laut menjadi depression storage (simpanan air yang disebabkan oleh kubangan/cekungan), saluran dan sebagainya, mencari tempat lebih rendah dan akan bermuara ke laut, dan air – air tersebut akan mengalami proses penguapan lagi dengan bantuan sinar matahari.
Sirkulasi air yang berpola siklus itu tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi

Sumberdaya air
Berdasarkan keterdapatannya sumber air berasal dari
Air permukaan merupakan air yang bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.
Air tanahMenurut Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer.Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.


Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa macam-macam akifer sebagai berikut:
a.      Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu akifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Leaky aquifer (semi confined atau akifer bocor) yaituAkifer yang dibatasi oleh lapisan semi permeabel/lapisan akitard di atas atau dibawahnya.




Akuifer : Suatu formasi batuan yang mengandung cukup bahan-bahan yang lulus dan mampu melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mataair. Ini berarti, formasi tersebut mempunyai kemampuan menyimpan dan melalukan air.Pasir dan kerikil merupakan contoh jenis suatu akuifer.

Akuiklud: Suatu lapisan jenuh air, tetapi relatif kedap air yang tidak dapat melepaskan airnya dalam jumlah berarti. Lempung adalah contohnya.
Akuifug : Lapisan batuan yang relatif kedap air, yang tidak mengandung ataupun dapat melalukan air. Batu granit termasuk jenis ini.
Akuitard: Lapisan jenuh air namun hanya sedikit lulus air dan tidak mampu melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur. Lempung pasiran adalah salah satu contohnya.



Litologi atau penyusun batuan dari lapisan akuifer di Indonesia yang penting adalah:
  • Endapan aluvial: merupakan endapan hasil rombakan dari batuan yang telah ada. Endapan ini terdiri dari bahan-bahan lepas seperti pasir dan kerikil. Airtanah pada endapan ini mengisi ruang antar butir. Endapan ini tersebar di daerah dataran.
  • Endapan volkanik muda: merupakan endapan hasil kegiatan gunungapi, yang terdiri dari bahan-bahan lepas maupun padu. Airtanah pada endapan ini menempati baik ruang antar butir pada material lepas maupun mengisi rekah-rekah/rongga batuan padu. Endapan ini tersebar di sekitar wilayah gunungapi.
  • Batugamping: merupakan endapan laut yang mengandung karbonat, yang karena proses geologis diangkat ke permukaan. Airtanah di sini mengisi terbatas pada rekahan, rongga, maupun saluran hasil pelarutan (Gb. 4). Endapan ini tersebar di tempat-tempat yang dahulu berwujud lautan. Karena proses geologis, fisik, dan kimia, di beberapa daerah sebaran endapan batuan ini membentuk suatu morfologi khas, yang disebut karst.

MATA AIR
Airtanah dapat muncul ke permukaan secara alami, seperti mataair, maupun karena budidaya manusia, lewat sumurbor.
Mataair (spring) adalah keluaran terpusat dari airtanah yang muncul di permukaan sebagai suatu aliran air. Mataair ditilik dari penyebab pemunculan dapat digolongkan menjadi dua (Bryan vide Todd, 1980), yakni:
  1. Akibat dari kekuatan non gravitasi.
  2. Akibat kekuatan-kekuatan gravitasi.
Termasuk golongan yang pertama adalah mataair yang berhubungan dengan rekahan yang meluas hingga jauh ke dalam kerak bumi.Mataair jenis ini biasanya berupa mataair panas (Gb. 8).


Mataair gravitasi adalah hasil dari aliran air di bawah tekanan hidrostatik. Secara umum jenis-jenisnya dikenal sebagai berikut (Gb. 9):


  • Mataair depresi (depression springs) terbentuk karena permukaan tanah memotong muka airtanah.
  • Mataair sentuh (contact springs) terbentuk karena lapisan yang lulus air yang dialasi oleh lapisan yang relatif kedap air teriris oleh muka tanah.
  • Mataair artesis (artesian spring) terbentuk oleh pelepasan air di bawah tekanan dari akuifer tertekan pada singkapan akuifer atau melalui bukaan dari lapisan penutup.
  • Mataair pipaan atau rekahan (tubular or fracture springs) muncul dari saluran, seperti lubang pada lava atau saluran pelarutan, atau muncul dari rekahan-rekahan batuan padu yang berhubungan dengan airtanah.
RECHARGE AREA  (DAERAH IMBUHAN)
Untuk studi regional dalam mengidentifikasi recharge area di bagian hulu dari mata air atau lokasi penelitian ini, dipergunakan Peta Topografi (skala 1: 25.000), Peta Pola Tata Guna Lahan (skala 1: 25.000) dan peta Gelogi (skala 1: 25.000, hasil pendetailan dari slaka 1 : 100.000).
Dari  faktor topografi yang sangat berperan dalam menentukan laju infiltrasi adalah besarnya sudut lereng.  Faktor tata guna lahan adalah faktor pola vegetasi dan penggunaan lahan yang juga dipengaruhi oleh kondisi sosio-kultur masyarakat setempat.  Sedangkan faktor geologi  yang berperan adalah jenis batuan serta adanya rekahan pada batuan (kekar/joint).
3.2.1.       Sudut Kemiringan Lereng
Sebelum air memiliki kesempatan untuk meresap pada media apapun juga, maka faktor sudut lereng sangat menentukan besar-kecilnya kesempatan air meresap.
Jika air jatuh pada media yang datar, maka kecepatan aliran akan semakin kecil, sehingga kesempatan meresap semakin tinggi.  Sebaliknya jika air hujan jatuh pada media yang miring atau terjal, maka kemungkinan besar air hujan akan mengalir deras menjadi air limpasan (Run off), sehingga kesempatan untuk meresap akan semakin kecil.
Untuk mempermudah klasifikasi sudut lereng , maka dibuat klasifikasi secara empiris dari yang datar, landai hingga yang terjal.  Klasifikasi ini menunjukan tingkat peluang proses penyerapan dari yang berpeluang tinggi hingga berpeluang rendah.
Satuan sudut lereng (slope) dinyatakan dalam persen  (%), dimana besaran ini menunjukan perbandingan antara beda tinggi terhadap satuan panjang tertentu.
NO
SATUAN LERENG
( % )
KELAS
KETERANGAN
LIMPASAN
INFIL
TRASI
1
   0  -   10
A
Datar
Rendah
 



Tinggi
Tinggi




Rendah
2
10   -  25
B
Landai
3
25   -  40
C
Miring
4
40   -  60
D
Sangat Miring
5
> 60
E
Terjal

klasifikasi Satuan Sudut Lereng

Pola Tata Guna Lahan ( Land Use )
Faktor Land Use merupakan faktor yang berikutnya setelah faktor topografi, ini menunjukan seolah-olah land cover berperan sebagai sensor kedua untuk menentukan laju infiltrasi setelah peluang kesempatan meresap dikontrol oleh besar-kecilnya sudut lereng.
Pada dasarnya semakin lebat vegetasi penutup lahan, maka akan memberikan kondisi baik untuk resapan air.  Hal ini disebabkan “efek spon” dari vegetasi yang mampu menahan laju air limpasan. Dengan kata lain akan memperbesar kesempatan proses infiltrasi.  Dengan demikian Hutan, semak-belukar, kebun/perkebunan, hingga tegalan, menunjukan fungsi ber-urutan dari yang terbaik hingga buruk untuk kesempatan infiltrasi.  Khusus untuk persawahan meskipun relatif digenangi air, namun dalam pengolahan tanahnya  terdapat lumpur penahan resapan air atau “water table”. Sehingga lahan persawahan memiliki konstribusi yang relatif kurang baik sebagai media infiltrasi.  Demikian pula halnya lahan pemukiman atau perkampungan, dimana kesempatan air hujan untuk meresap dihambat oleh bangunan dan air tersalur kedalam saluran/parit di perkampungan hingga menjadi aliran Run off menuju sungai.
Dari uraian di atas dapat diklasifikasikan urutan relatif dari Tata Guna Lahan di dalam memberikan kesempatan air hujan untuk meresap, seperti pada tabel  3.2.
NO

JENIS LAHAN

KELAS
KETERANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hutan
Semak Belukar
Kebun/ Perkebunan
Tegalan
Sawah
Pemukiman/ Kampung
A
B
C
D
E
F
Kemampuan Infiltrasi :
Tinggi




Rendah

Klasifikasi Penggunaan Lahan

Keadaan  Batuan ( Litologi )
Setelah air hujan  dikontrol oleh kemiringan lereng dan Land Cover,  maka faktor yang mengontrol selanjutnya adalah jenis batuan di permukaan bumi.  Selain jenis batuan ini sangat berperan sebagai media resapan juga sangat berperan sebagai media pembawa air atau disebut akifer (Aquifer).
Dari peta Geologi regional, ditemukan tiga satuan batuan yaitu Satuan Batuan Beku Lava, Satuan Batuan Tuf Pasir Breksian dan Satuan Batuan Breksi Vulkanik.
Sifat fisik dari batu breksi adalah memiliki rongga antar butir dan tersemen tidak sempurna, sehingga sangat memungkinkan untuk media resapan  sekaligus sebagai akifer. Sifat fisik ini pun dijumpai pada batuan Tuf Pasir Breksian, dimana dimungkinkan terdapatnya rongga antar butir terutama pada bagian batupasir breksian, sehingga dapat menyerap dan meluluskan air.Sedangkan batuan beku lava adalah batuan lelehan produk aktivitas vulkanik yang bersifat keras, massif dan kompak, tidak memiliki porositas atau porositas sangat buruk, sehingga tidak dapat menyerap air.



                                              Ilustrasi kemampuan batuan untuk menyerap air
Berdasarkan ciri litologi secara umum ini, maka dapat dibuat satu urutan batuan   yang berpeluang menjadi media infiltrasi maupun menjadi akifer.
Klasifikasi Recharge Area
Dengan menggunakan prinsip metoda GIS yang dikembangkan dengan sistem numerik, ketiga kriteria fisik beserta kelas kemampuannya diberi bobot dan angka indek, untuk kemudian secara akumulatif di buatkan  suatu optimalisasi.
NO
KRITERIA
BOBOT
( B )
KELAS KEMAMPUAN
NILAI  INDEX
KEMAMPUAN
( NIK )
(NIK x B)
1.

Sudut Lereng

4
  0  -  10 %
5
20
10  -  25 %
4
16
25  -  40 %
3
12
40  -  60 %
2
8
>  60 %
1
4
2.

Land Use

3
Hutan
5
15
Semak Belukar
4
12
Kebun/ Perkb.
3
9
Tegalan
2
6
Sawah
1
3
Pemukiman
0
0
3

Jenis Batuan

2
Breksi Pasiran
3
6
Tuf – pasir Bx
2
4
Lava
1
2

Bobot Kriteria Fisik dan Nilai indeks Kemampuan





Pemetaan Hidrogeologi





METODOLOGI

Banyak daerah di Indonesia mengalami kesulitan air untuk kebutuhan domestik khususnya pada musim kemarau. Daerah sulit air terutama disebabkan oleh keterbatasan keberadaan akuifer sistem pori, sehingga perlu dicari akuifer sistem celah yang terbentuk karena adanya air meteorik yang mengisi sistem fraktur.

     
       Akuifer Sistem  Pori                                     Akuifer Sistem  Celah


A. Kegiatan Pelacakan Airtanah-Dalam
Kegiatan Pelacakan Airtanah-Dalam
Kegiatan pelacakan airtanah-dalam dengan penerapan teknologi nuklir meliputi pegukuran radioaktivitas soil/batuan dan pengukuran intensitas gas radon yang dikombinasi dengan pemetaan geologi, hidrogeologi dan geofisika, mencakup kegiatan-kegiatan seperti tersebut dibawah ini:
Studi Meja
Lingkup studi meja yang dilakukan meliputi: analisis morfologi / foto udara, studi geologi / hidrogeologi regional dan data pendukung lainnya. Sasaran utamanya adalah mengetahui kondisi geologi / hidrogeologi, terutama: pola penyebaran formasi / satuan batuan, pola arah umum struktur geologi (patahan/lipatan), perkiraan daerah tangkapan/ resapan.
Analisis morfologi dilakukan melalui peta topografi skala 1 : 50.000 dan foto udara (bila diperlukan). Kondisi geologi / hidrogeologi regional, terutama diperoleh melalui peta-peta regional, terutama yang dipublikasikan oleh Direktorat Geologi Bandung.
Pekerjaan ini akan dilaksanakan sebelum dimulainya pekerjaan lapangan.
Survel Pendahuluan
Survei ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal kondisi daerah kerja untuk membuat rencana kegiatan dan metodologi yang akan diterapkan sesuai keadaan/kondisi lapangan.
Pemetaan Topografi
Sasaran utama pekerjaan ini adalah membuat peta topografi berskala 1: 5.000, sesuai dengan keadaan saat ini. Peta ini diperlukan terutama untuk korelasi hasil pemetaan geologi / hidrogeologi dan pembuatan penampang hasil survei geolistrik.
Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan lini berturut-turut terdiri dari: orientasi lapangan termasuk penentuan titik ikat, koreksi arah U-S dengan menggunakan deklinasi matahari, pengukuran poligon, pengukuran situasi, pengolahan data pengukuran dilanjutkan dengan penggambaran peta topografi skala 1 :5.000.
Titik ikat diukur dengan menggunakan GPS, jika posisi titik triangulasi terlalu jauh dari lokasi pemetaan. Pengukuran poligon / situasi akan dilaksanakan dengan alat theodolit.
 
Pada hakekatnya batuan / soil mengandung unsur U, Th dan K yang memancarkan radiasi y (gamma), besar kecilnya intensitas radiasi bergantung pada kandungan unsur-unsur tersebut pada batuan / soil.

Batuan / soil sejenis di suatu daerah akan mempunyai nilai radioaktivitas yang relatif sama. Sasaran utama kegiatan pengukuran radioaktivitas ini adalah untuk mendapatkan sebaran batuan / soil dengan ketelitian relatif tinggi sebagai data dalam pembuatan peta geologi.  Survei ini sangat bermanfaat untuk daerah-daerah seperti di Indonesia yang beriklim tropis basah sehingga langka singkapan batuan karena tertutup oleh soil.
  
Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi bertujuan untuk memperoleh informasi geologi permukaan. Hasil pemetaan akan digambarkan pada peta dasar skala 1: 5.000 (hasil pemetaan topografi). Peta ini terutama berisi: jenis dan sebaran satuan batuan di permukaan, struktur geologi (jurus dan kemiringan lapisan, jenis dan arah patahan, serta sumbu perlipatan). Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan ini berturut - turut terdiri dari pendataan geologi permukaan, evaluasi data permukaan dilanjutkan dengan pembuatan peta geologi.

Pendataan geologi akan dilaksanakan oleh ahli geologi yang berpengalaman dengan metoda lintasan pengamatan. Pendataan lapangan terutama meliputi jenis batuan dan struktur geologi pada singkapan batuan.
Pemetaan Hidrogeologi
Sasaran utama pekerjaan ini adalah mengumpulkan data hidrogeologi meliputi pengukuran sifat fisik air dari sumur-sumur penduduk, rembesan air permukaan dan mata air, jika ada. Pengukuran kedalaman muka air sumur penduduk dilakukan dengan deephmeter, sedangkan debit air pada rembesan dan mata air di permukaan akan diukur dengan metoda yang sesuai. Hasil pemetaan akan digambarkan pada peta dasar skala 1: 5.000
 
Kesulitan air di suatu daerah terutama diakibatkan oleh kurang adanya sistem lapisan pembawa air (akuifer), oleh karena itu perlu di cari sistem lain yang dapat bertindak sebagai akuifer. Diasumsikan bahwa sistem fraktur/rekahan menghasilkan batuan dengan permebilitas sekunder yang relatif tinggi yang dapat bertindak sebagai akuifer sistem celah.








Anomali Gas Radon Mengindikasikan Keberadaan
 Rekahan/Sistem Fraktur


Radon adalah anggota kelompok unsur yang meluruh secara alamiah dalam bentuk gas yang memancarkan sinar α (alpha).
Terdapat isotop Radon yaitu :
         -   222Rn  (Rn) waktu paroh 3,82 hari berasal dari 238U,
         -   220Rn  atau Thoron  (Tn)  waktu paroh 52,1 detik berasal dari 232Th,
         -    219Rn atau Actinium (Ac) waktu paroh 3,93 detik berasal dari 235U.
 
Pada hakekatnya secara umum batuan / soil mengandung U dan Th, hanya kadarnya yang berbeda satu sama lain. Dalam survei ini yang dideteksi adalah gas Radon 222Rn yang berasal dari 238U karena waktu parohnya yang panjang (3,82 hari), yang bergerak ke atas secara vertikal melalui rekahan sistem fraktur. Survei gas radon dapat digunakan untuk mengidentifikasi sistem fraktur yang ada di suatu daerah.




Pengukuran Intensitas Gas Radon
Dengan Menggunakan MARKUS 10


 
Anomali gas Radon dapat menggambarkan sistem fraktur bawah permukaan yang membentuk permeabilitas sekunder (akuifer sistem celah).

Sasaran utama dari pekerjaan ini adalah untuk memperkuat dugaan keberadaan akuifer , dan kondisi geologi bawah permukaan. Hasil survei digambarkan dalam bentuk penampang tegak korelasi tahanan jenis batuan bawah permukaan.
 
Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan ini berturut-turut terdiri dari : penentuan lokasi titik sounding, pengukuran resistivitas di lapangan, analisis data pengukuran, pembuatan penampang-penampang resistivitas, pembuatan penampang-penampang tegak resistivitas batuan bawah permukaan, analisis dan korelasi geologi / hidrogeologi bawah permukaan.
 
Metoda survei yang digunakan adalah "Vertical Electrical Sounding" dengan konfigurasi "Schlumberger" guna mengidentifikasi keberadaan akuifer dan "Lateral Electrical Sounding" dengan konfigurasi "dipole-dipole" untuk mengidentifikasi struktur geologi.
Pengukuran resistivitas dilaksanakan dengan alat resistivitymefer dengan jarak bentangan pengukuran (AB/2) hingga 500 meter (total 1000 m) dengan harapan penetrasi sekurang-kurangnya mencapai 200 m.
 
Pola penyebaran titik-titik sounding dan arah bentangan pengukuran disesuaikan dengan arah umum sebaran batuan dan struktur geologi setempat, bentangan pengukuran dilaksanakan searah jurus penyebaran batuan sehingga diperoleh data pengukuran yang signifikan.


Kegiatan Survei Geofisika (geolistrik) Dengan
Alat Resitivitymeter ABEM SAS 1000

 
Konfigurasi Schlumberger
Pengukuran dengan konfigurasi "Schlumberger", diharapkan mencapai penetrasi sekurang-kurangnyai 200 meter. Pengolahan data geolistrik tahanan jenis menggunakan perangkat lunak "1X1D" dan "Win Sev6".

Konfigurasi Dipole-Dipole
Susunan dipole-dipole banyak digunakan untuk pemetaan (mapping) tahanan jenis batuan secara lateral. Pengukuran dengan konfigurasi dipole-dipole dilaksanakan untuk mengetahui kemungkinan adanya
struktur geologi, kontinuitas penyebaran lateral formasi dan lain-lain.


Analisis terpadu ini ditujukan untuk menganalisis data pemetaan geologi dan hidrogeologi, serta hasil penyelidikan geolistrik yang dipertajam dengan survei teknik nuklir yaitu pengukuran radioaktivitas soil/batuan dan pengukuran intensitas gas radon.
Hasilnya adalah suatu kesimpulan tentang model akuifer yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan lokasi potensial untuk dilakukan pemboran eksplorasi airtanah-dalam.
 
B.  Kegiatan Pembuatan Sumur Eksplorasi/Produksi
Airtanah-Dalam
Pekerjaan Konstruksi Sumur (Well Construction)
    Kegiatan Pembuatan Sumur Eksplorasi
    
/Produksi Airtanah-Dalam
 
Penentuan lokasi pemboran berdasarkan hasil kegiatan pelacakan airtanah-dalam sebelumnya.
 
Pekerjaan mobilisasi didahului dengan peninjauan awal lokasi dengan penekanan pada : cara kesampaian lokasi pemboran kondisi jalan yang akan dilalui), keberadaan sumber air pembilas dan cara pengadaannya serta ketersediaan sarana penunjang lapangan.

Persiapan pemboran meliputi : penyiapan lahan untuk operasi pemboran, pemasangan menara dan mesin bor, pembuatan kolam lumpur pemboran dan penyediaan air pembilas lumpur dan pemasangan pipa lindung permukaan (surface casing).
 
Selama operasi pemboran dilakukan pencatatan yang meliputi :
tinggi muka
airtanah dalam lubang pemboran, kecepatan penetrasi pemboran, sifat fisik lumpur pemboran dan indikasi zona - water losses/water flows.

Kegiatan Pemboran Pilot Hole
 
Hasil pemeriksaan disusun dalam bentuk log litologi yang selanjutnya akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan desain konstruksi sumur bersama-sama dengan hasil diagrafi nuklir lubang bor.


Diagrafi nuklir lubang pemboran dilakukan pada lubang pemboran pilot hole, mulai dari permukaan sampai kedalaman total pemboran. Kegiatan ini dilaksanakan dengan peralatan diagrafi yang dilengkapi dengan probe (sonde) yang diantaranya meliputi : Gamma Ray, resistivity (short dan long normal), self potential dan neutron-neutron.


Kegiatan Diagrafi Lubang Pemboran

Dari hasil diagrafi nuklir ini dapat diketahui kedalaman akuifer yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan desain penempatan pipa-pipa saringan dan material selubung pada saat konstruksi sumur (desain konstruksi sumur).

Pekerjaan Konstruksi Sumur (Well Construction)
Pekerjaan konstruksi sumur merupakan pekerjaan pemasangan pipa dan material selimut pipa di dalam lubang pemboran. Posisi pemasangan material-material di dalam lubang akan disesuaikan dengan desain konstruksi sumur, dapat mengalir bebas kedalam sumur tanpa hambatan.
 

Kegiatan Konstruksi Sumur

Tahapan pekerjaannya meliputi : pembersihan sumur dengan larutan polu phospate dilanjutkan dengan penyempurnaan sumur dengan metoda water jetting.
 



Kegiatan Penyempurnaan Sumur


Sasaran utama dari pekerjaan ini adalah mengetahui parameter hidrolika sumur dan akifer yang diturap. Parameter ini akan menentukan kapasitas sumur, debit maksimum sumur dan debit optimum pemompaan yang diperkenankan agar sumur mempunyai umur penggunaan (life time) yang maksimum.

Uji pemompaan ini dilaksanakan dengan pompa selam (submersible pump) dan penakar debit (fhomson/V noth). Selama pemompaan dilakukan pengamatan penurunan muka airtanah di dalam sumur akibat  pemompaan (drawdown).


Kegiatan Uji Pemompaan

Tahapan pekerjaannya meliputi : Uji pemompaan bertahap, uji pemompaan menerus dengan debit tetap, diakhiri dengan uji pemulihan sumur.
Uji kualitas air sumur dilaksanakan laboratorium yang meliputi : sifat fisika (bau, rasa, warna, kekeruhan dan daya hantar listrik) dan sifat kimia air (pH, jumlah zat padat terlarut, karbon dioksida bebas, alkalinitas, kesadahan, kandungan kalsium, magnesium, besi, mangan, ammonium, nitrit / nitrat, permanganat, khlorida dan sulfat). Contoh air untuk pengujian laboratorium diperoleh pada saat uji pemompaan menerus dengan debit tetap yang dimasukkan ke dalam botol contoh berwarna gelap dan segera dikirim ke laboratorium.
 
Pemasangan Pompa Submersible
Spesifikasi pompa yang dipasang disesuaikan dengan kondisi parameter hidrolika sumur dan akifer yang diturap. Kapasitas pompa yang dipasang dan letak pompa di dalam sumur akan disesuaikan dengan hasil uji pemompaan.

Pemulihan lokasi bekas pekerjaan pemboran akan dilaksanakan setelah pembongkaran semua peralatan pemboran dan dipindahkan (demobilisasi) dari lokasi pemboran.



Kegiatan Pemasangan Pompa
Submersible

Pekerjaan ini terutama meliputi : penimbunan bekas galian kolam lumpur dan saluran-salurannya, pembersihan lokasi dari kotoran-kotoran bekas pemboran, disertai dengan pemulihan lokasi seperti keadaan semula.


Keadaan Lokasi Pembuatan Sumur Setelah
Pemulihan Pekerjaan Pemboran
Analisis terpadu dilaksanakan setelah selesai pekerjaan pembuatan sumur bor airtanah atau setelah memperoleh seluruh data lapangan dan laboratorium. Data analisa mencakup : hasil studi meja, hasil pelacakan, pemeriksaan keratan pemboran, pengujian geofisika lubang bor, parameter hasil uji pemompaan / uji kambuhan dan hasil analisa kwalitas air. Penekanan analisis adalah pada kondisi hidrogeologi umum, kondisi sumur dan kemampuan maksimum, disamping kwalitas air yang dihasilkan.

Laporan mencakup seluruh data lapangan dan laboratorium disertai dengan analisis dan perhitungan teknis. Laporan akhir ini akan diserahkan setelah selesai seluruh pekerjaan pembuatan sumur bor airtanah.

2 komentar: