HIDROGEOLOGI
Pengertian
Terdapat beberapa istilah mengenai air, yaitu :
Hidrogeologi berasal dari dua suku kata yaitu
Hidroyang berarti air, dan geologi yang berarti ilmu yang mempelajari tentang
bumi. Maka hidrogeologi dapat diartikan ilmu yang mempelajari mengenai air
beserta proses, sifat fisik, dan keterdapatannya di alam.
Hidrologi berasal dari kata
hidro yang berarti air, dan logi yang berarti ilmu. Maka
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari air (permukaan).
Hidrometeorologi
merupakan ilmu yang mempelajari keterdapatan dan sifat fisik air atmosfer.
Siklus air
Dalam
perjalanannya air mengalami siklus yang terjadi melalui proses secara terus
menerus. Dimana proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Siklus Hidrologi
Proses
yang terjadi adalah :
1. Pemasan
dari sinar matahari merupakan faktor yng penting
2. Evaporasi
merupakan proses penguapan pada permukaan air terbuka dan permukaan tanah ke
udara
3. Transpirasi
merupakan proses penguapan air yang berasal dari vegetasi
4. Evapotranspirasi
merupakan proses penguapan air yang berada di daratan, laut, sungai dan tanaman
ke atmosfer
5. Infiltrasi
merupakan proses penyerapan air kedalam lapisan tanah atau batuan
6. Presipitasi
merupakan proses mengembunnya uap air menjadi segala bentuk (salju, hujan, dll)
Akibat panas
yang bersumber dari matahari, terjadi penguapan air yang berada dipermukaan
tanah, yang berada pada vegetasi dan air permukaan, uap air hasil penguapan ini
pada ketinggian tertentu akan menjadi awan, kemudian beberapa sebab awan akan
berkondensasi menjadi presipitasi ( yang diendapkan atau dijatuhkan), bisa
dalam bentuk salju, hujan es, hujan, dan embun. Air hujan yang jatuh
kadang-kadang tertahan oleh tajuk (ujung-ujung daun), oleh daunnya sendiri atau
oleh bangunan dan sebagainya.Hal ini diberi istilah intersepsi.Besarnya
intersepsi pada tanaman, tergantung dari jenis tanaman, tingkat pertumbuhan,
tetapi biasanya berkisar 1 mm pada hujan-hujan pertama.Kemudian sekitar 20%
pada hujan-hujan berikutnya.
Air hujan yang
mencapai tanah, sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan tanah), sebagian
lagi menjadi aliran air di atas permukaan (over land flor) kemudian
terkumpul pada saluran. Aliran air ini disebut surface run off.
Hasil infiltrasi
sebagian besar menjadi aliran air bawah permukaan (interflow/sub surface
flor/through flor). Dan sebagian lagi akan mebasahi tanah. Air yang menjadi
bagian dari tanah dan berada dalam pori-pori tanah disebut air soil.
Apabila
kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka kelebihan airnya
akan berperkolasi (mengalir vertical) mencapai air tanah. Aliran air tanah
(ground water flow) akan menjadi sesuai dengan hukum-hukum fisika. Air yang mengalir itu pada suatu
situasi dan kondisi tertentu akan mencapai danau, sungai, laut menjadi depression
storage (simpanan air yang disebabkan oleh kubangan/cekungan), saluran dan
sebagainya, mencari tempat lebih rendah dan akan bermuara ke laut, dan air –
air tersebut akan mengalami proses penguapan lagi dengan bantuan sinar
matahari.
Sirkulasi air yang berpola siklus itu tidak pernah
berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi
Sumberdaya air
Berdasarkan
keterdapatannya sumber air berasal dari
Air permukaan merupakan
air yang bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau;
makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada
daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama
yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk,
rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk
sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di
daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk
sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara
keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.
Air tanahMenurut Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di
dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke
dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer.Lapisan
yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan
yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air
tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.Lapisan
yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.
Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa
macam-macam akifer sebagai berikut:
a.
Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian
terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada
aquifer ini disebut dengan water table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang
mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu akifer yang seluruh jumlahnya air yang
dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta
mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Leaky aquifer (semi confined atau
akifer bocor) yaituAkifer yang dibatasi oleh lapisan semi
permeabel/lapisan akitard di atas atau dibawahnya.
Akuifer : Suatu formasi batuan yang mengandung cukup bahan-bahan yang lulus dan mampu melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mataair. Ini berarti, formasi tersebut mempunyai kemampuan menyimpan dan melalukan air.Pasir dan kerikil merupakan contoh jenis suatu akuifer.
Akuiklud: Suatu lapisan jenuh air, tetapi relatif kedap air yang tidak dapat melepaskan airnya dalam jumlah berarti. Lempung adalah contohnya.
Akuifug : Lapisan batuan yang relatif kedap air, yang tidak mengandung ataupun dapat melalukan air. Batu granit termasuk jenis ini.
Akuitard: Lapisan jenuh air namun hanya sedikit lulus air dan tidak mampu melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur. Lempung pasiran adalah salah satu contohnya.
Litologi atau penyusun batuan dari lapisan akuifer di Indonesia yang penting adalah:
- Endapan aluvial: merupakan endapan hasil
rombakan dari batuan yang telah ada. Endapan ini terdiri dari bahan-bahan
lepas seperti pasir dan kerikil. Airtanah pada endapan ini mengisi ruang
antar butir. Endapan ini tersebar di daerah dataran.
- Endapan volkanik muda: merupakan endapan hasil
kegiatan gunungapi, yang terdiri dari bahan-bahan lepas maupun padu.
Airtanah pada endapan ini menempati baik ruang antar butir pada material
lepas maupun mengisi rekah-rekah/rongga batuan padu. Endapan ini tersebar
di sekitar wilayah gunungapi.
- Batugamping: merupakan endapan laut yang
mengandung karbonat, yang karena proses geologis diangkat ke permukaan.
Airtanah di sini mengisi terbatas pada rekahan, rongga, maupun saluran
hasil pelarutan (Gb. 4). Endapan ini tersebar di tempat-tempat yang dahulu
berwujud lautan. Karena proses geologis, fisik, dan kimia, di beberapa
daerah sebaran endapan batuan ini membentuk suatu morfologi khas, yang
disebut karst.
MATA AIR
Airtanah dapat muncul ke
permukaan secara alami, seperti mataair, maupun karena budidaya manusia, lewat
sumurbor.
Mataair (spring) adalah
keluaran terpusat dari airtanah yang muncul di permukaan sebagai suatu aliran
air. Mataair ditilik dari penyebab pemunculan dapat digolongkan menjadi dua
(Bryan vide Todd, 1980), yakni:
- Akibat dari kekuatan non
gravitasi.
- Akibat kekuatan-kekuatan
gravitasi.
Termasuk golongan yang
pertama adalah mataair yang berhubungan dengan rekahan yang meluas hingga jauh
ke dalam kerak bumi.Mataair jenis ini biasanya berupa mataair panas (Gb. 8).
Mataair
gravitasi adalah hasil dari aliran air di bawah tekanan hidrostatik. Secara umum
jenis-jenisnya dikenal sebagai berikut (Gb. 9):
- Mataair depresi (depression
springs) terbentuk karena permukaan tanah memotong muka airtanah.
- Mataair sentuh (contact
springs) terbentuk karena lapisan yang lulus air yang dialasi oleh lapisan
yang relatif kedap air teriris oleh muka tanah.
- Mataair artesis (artesian
spring) terbentuk oleh pelepasan air di bawah tekanan dari akuifer
tertekan pada singkapan akuifer atau melalui bukaan dari lapisan penutup.
- Mataair pipaan atau rekahan
(tubular or fracture springs) muncul dari saluran, seperti lubang pada
lava atau saluran pelarutan, atau muncul dari rekahan-rekahan batuan padu
yang berhubungan dengan airtanah.
RECHARGE
AREA (DAERAH IMBUHAN)
Untuk studi regional dalam mengidentifikasi recharge
area di bagian hulu dari mata air atau lokasi penelitian ini, dipergunakan Peta
Topografi (skala 1: 25.000), Peta Pola Tata Guna Lahan (skala 1: 25.000) dan
peta Gelogi (skala 1: 25.000, hasil pendetailan dari slaka 1 : 100.000).
Dari faktor topografi yang sangat berperan dalam
menentukan laju infiltrasi adalah besarnya sudut lereng. Faktor tata guna lahan adalah faktor pola
vegetasi dan penggunaan lahan yang juga dipengaruhi oleh kondisi sosio-kultur
masyarakat setempat. Sedangkan faktor
geologi yang berperan adalah jenis
batuan serta adanya rekahan pada batuan (kekar/joint).
3.2.1.
Sudut Kemiringan Lereng
Sebelum air memiliki kesempatan untuk meresap pada
media apapun juga, maka faktor sudut lereng sangat menentukan besar-kecilnya
kesempatan air meresap.
Jika air jatuh pada media
yang datar, maka kecepatan aliran akan semakin kecil, sehingga kesempatan
meresap semakin tinggi. Sebaliknya jika
air hujan jatuh pada media yang miring atau terjal, maka kemungkinan besar air
hujan akan mengalir deras menjadi air limpasan (Run off), sehingga kesempatan untuk meresap akan semakin kecil.
Untuk mempermudah
klasifikasi sudut lereng , maka dibuat klasifikasi secara empiris dari yang
datar, landai hingga yang terjal. Klasifikasi ini
menunjukan tingkat peluang proses penyerapan dari yang berpeluang tinggi hingga
berpeluang rendah.
Satuan sudut lereng (slope) dinyatakan dalam persen
(%), dimana besaran ini menunjukan perbandingan antara beda tinggi
terhadap satuan panjang tertentu.
NO
|
SATUAN
LERENG
(
% )
|
KELAS
|
KETERANGAN
|
LIMPASAN
|
INFIL
TRASI
|
1
|
0
- 10
|
A
|
Datar
|
Rendah
Tinggi
|
Tinggi
Rendah
|
2
|
10 -
25
|
B
|
Landai
|
||
3
|
25 -
40
|
C
|
Miring
|
||
4
|
40 -
60
|
D
|
Sangat
Miring
|
||
5
|
> 60
|
E
|
Terjal
|
klasifikasi Satuan Sudut Lereng
Pola
Tata Guna Lahan ( Land Use )
Faktor Land
Use merupakan faktor yang berikutnya setelah faktor topografi, ini
menunjukan seolah-olah land cover
berperan sebagai sensor kedua untuk menentukan laju infiltrasi setelah peluang
kesempatan meresap dikontrol oleh besar-kecilnya sudut lereng.
Pada dasarnya semakin lebat vegetasi penutup lahan,
maka akan memberikan kondisi baik untuk resapan air. Hal ini disebabkan “efek
spon” dari vegetasi yang mampu menahan laju air limpasan. Dengan kata lain
akan memperbesar kesempatan proses infiltrasi.
Dengan demikian Hutan, semak-belukar, kebun/perkebunan, hingga tegalan,
menunjukan fungsi ber-urutan dari yang terbaik hingga buruk untuk kesempatan
infiltrasi. Khusus untuk persawahan meskipun
relatif digenangi air, namun dalam pengolahan tanahnya terdapat lumpur penahan resapan air atau “water table”. Sehingga lahan
persawahan memiliki konstribusi yang relatif kurang baik sebagai media
infiltrasi. Demikian pula halnya lahan
pemukiman atau perkampungan, dimana kesempatan air hujan untuk meresap dihambat
oleh bangunan dan air tersalur kedalam saluran/parit di perkampungan hingga
menjadi aliran Run off menuju sungai.
Dari uraian di atas dapat diklasifikasikan urutan
relatif dari Tata Guna Lahan di dalam memberikan kesempatan air hujan untuk
meresap, seperti pada tabel 3.2.
NO
|
JENIS
LAHAN
|
KELAS
|
KETERANGAN
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Hutan
Semak
Belukar
Kebun/
Perkebunan
Tegalan
Sawah
Pemukiman/
Kampung
|
A
B
C
D
E
F
|
Kemampuan
Infiltrasi :
Tinggi
Rendah
|
Klasifikasi Penggunaan Lahan
Keadaan Batuan ( Litologi )
Setelah air hujan
dikontrol oleh kemiringan lereng dan Land
Cover, maka faktor yang mengontrol
selanjutnya adalah jenis batuan di permukaan bumi. Selain jenis batuan ini
sangat berperan sebagai media resapan juga sangat berperan sebagai media
pembawa air atau disebut akifer (Aquifer).
Dari peta Geologi regional,
ditemukan tiga satuan batuan yaitu Satuan Batuan Beku Lava, Satuan Batuan Tuf
Pasir Breksian dan Satuan Batuan Breksi Vulkanik.
Sifat fisik dari batu breksi adalah memiliki rongga
antar butir dan tersemen tidak sempurna, sehingga sangat memungkinkan untuk
media resapan sekaligus sebagai akifer. Sifat
fisik ini pun dijumpai pada batuan Tuf Pasir Breksian, dimana dimungkinkan
terdapatnya rongga antar butir terutama pada bagian batupasir breksian,
sehingga dapat menyerap dan meluluskan air.Sedangkan batuan beku lava adalah
batuan lelehan produk aktivitas vulkanik yang bersifat keras, massif dan
kompak, tidak memiliki porositas atau porositas sangat buruk, sehingga tidak
dapat menyerap air.
Berdasarkan
ciri litologi secara umum ini, maka dapat dibuat satu urutan batuan yang berpeluang menjadi media infiltrasi
maupun menjadi akifer.
Klasifikasi
Recharge Area
Dengan
menggunakan prinsip metoda GIS yang dikembangkan dengan sistem
numerik, ketiga kriteria fisik beserta kelas kemampuannya diberi bobot dan
angka indek, untuk kemudian secara akumulatif di buatkan suatu optimalisasi.
NO
|
KRITERIA
|
BOBOT
(
B )
|
KELAS
KEMAMPUAN
|
NILAI INDEX
KEMAMPUAN
(
NIK )
|
(NIK
x B)
|
1.
|
Sudut
Lereng
|
4
|
0
- 10 %
|
5
|
20
|
10 - 25
%
|
4
|
16
|
|||
25 - 40
%
|
3
|
12
|
|||
40 - 60
%
|
2
|
8
|
|||
> 60 %
|
1
|
4
|
|||
2.
|
Land
Use
|
3
|
Hutan
|
5
|
15
|
Semak
Belukar
|
4
|
12
|
|||
Kebun/
Perkb.
|
3
|
9
|
|||
Tegalan
|
2
|
6
|
|||
Sawah
|
1
|
3
|
|||
Pemukiman
|
0
|
0
|
|||
3
|
Jenis
Batuan
|
2
|
Breksi
Pasiran
|
3
|
6
|
Tuf
– pasir Bx
|
2
|
4
|
|||
Lava
|
1
|
2
|
Bobot Kriteria Fisik dan Nilai indeks Kemampuan
Pemetaan Hidrogeologi
METODOLOGI
Banyak daerah di Indonesia mengalami kesulitan air untuk kebutuhan domestik khususnya pada musim kemarau. Daerah sulit air terutama disebabkan oleh keterbatasan keberadaan akuifer sistem pori, sehingga perlu dicari akuifer sistem celah yang terbentuk karena adanya air meteorik yang mengisi sistem fraktur.
Banyak daerah di Indonesia mengalami kesulitan air untuk kebutuhan domestik khususnya pada musim kemarau. Daerah sulit air terutama disebabkan oleh keterbatasan keberadaan akuifer sistem pori, sehingga perlu dicari akuifer sistem celah yang terbentuk karena adanya air meteorik yang mengisi sistem fraktur.
Akuifer Sistem
Pori
Akuifer
Sistem Celah
A. Kegiatan Pelacakan Airtanah-Dalam
Studi Meja
Kegiatan Pelacakan Airtanah-DalamSurvel Pendahuluan Pemetaan Topografi Pengukuran Radioaktivitas Soil / Batuan Pemetaan Geologi Pemetaan Hidrogeologi Pengukuran Intensitas Gas Radon Survei Geolistrik Analisis Terpadu dan Penyusunan Laporan Akhir Kegiatan
Kegiatan pelacakan airtanah-dalam dengan penerapan
teknologi nuklir meliputi pegukuran radioaktivitas soil/batuan dan pengukuran
intensitas gas radon yang dikombinasi dengan pemetaan geologi, hidrogeologi
dan geofisika, mencakup kegiatan-kegiatan seperti tersebut dibawah ini:
Studi Meja
Lingkup studi meja yang dilakukan meliputi: analisis morfologi / foto udara, studi geologi / hidrogeologi regional dan data pendukung lainnya. Sasaran utamanya adalah mengetahui kondisi geologi / hidrogeologi, terutama: pola penyebaran formasi / satuan batuan, pola arah umum struktur geologi (patahan/lipatan), perkiraan daerah tangkapan/ resapan. Analisis morfologi dilakukan melalui peta topografi skala 1 : 50.000 dan foto udara (bila diperlukan). Kondisi geologi / hidrogeologi regional, terutama diperoleh melalui peta-peta regional, terutama yang dipublikasikan oleh Direktorat Geologi Bandung. Pekerjaan ini akan dilaksanakan sebelum dimulainya pekerjaan lapangan.
Survel Pendahuluan
Survei ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal kondisi daerah kerja untuk membuat rencana kegiatan dan metodologi yang akan diterapkan sesuai keadaan/kondisi lapangan.
Pemetaan Topografi
Sasaran utama pekerjaan ini adalah membuat peta topografi berskala 1: 5.000, sesuai dengan keadaan saat ini. Peta ini diperlukan terutama untuk korelasi hasil pemetaan geologi / hidrogeologi dan pembuatan penampang hasil survei geolistrik.
Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan lini berturut-turut terdiri dari: orientasi
lapangan termasuk penentuan titik ikat, koreksi arah U-S dengan menggunakan
deklinasi matahari, pengukuran poligon, pengukuran situasi, pengolahan data
pengukuran dilanjutkan dengan penggambaran peta topografi skala 1 :5.000.
Titik ikat diukur dengan menggunakan GPS, jika posisi titik triangulasi terlalu jauh dari lokasi pemetaan. Pengukuran poligon / situasi akan dilaksanakan dengan alat theodolit.
Pada hakekatnya batuan / soil mengandung unsur U, Th dan K yang memancarkan
radiasi y (gamma), besar kecilnya intensitas radiasi bergantung pada
kandungan unsur-unsur tersebut pada batuan / soil.
Batuan / soil sejenis di suatu daerah akan mempunyai nilai radioaktivitas yang relatif sama. Sasaran utama kegiatan pengukuran radioaktivitas ini adalah untuk mendapatkan sebaran batuan / soil dengan ketelitian relatif tinggi sebagai data dalam pembuatan peta geologi. Survei ini sangat bermanfaat untuk daerah-daerah seperti di Indonesia yang beriklim tropis basah sehingga langka singkapan batuan karena tertutup oleh soil.
Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi bertujuan untuk memperoleh informasi geologi permukaan. Hasil pemetaan akan digambarkan pada peta dasar skala 1: 5.000 (hasil pemetaan topografi). Peta ini terutama berisi: jenis dan sebaran satuan batuan di permukaan, struktur geologi (jurus dan kemiringan lapisan, jenis dan arah patahan, serta sumbu perlipatan). Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan ini berturut - turut terdiri dari pendataan geologi permukaan, evaluasi data permukaan dilanjutkan dengan pembuatan peta geologi. Pendataan geologi akan dilaksanakan oleh ahli geologi yang berpengalaman dengan metoda lintasan pengamatan. Pendataan lapangan terutama meliputi jenis batuan dan struktur geologi pada singkapan batuan.
Pemetaan
Hidrogeologi
Sasaran utama pekerjaan ini adalah mengumpulkan data hidrogeologi meliputi pengukuran sifat fisik air dari sumur-sumur penduduk, rembesan air permukaan dan mata air, jika ada. Pengukuran kedalaman muka air sumur penduduk dilakukan dengan deephmeter, sedangkan debit air pada rembesan dan mata air di permukaan akan diukur dengan metoda yang sesuai. Hasil pemetaan akan digambarkan pada peta dasar skala 1: 5.000
Kesulitan air di suatu daerah terutama diakibatkan
oleh kurang adanya sistem lapisan pembawa air (akuifer), oleh karena itu
perlu di cari sistem lain yang dapat bertindak sebagai akuifer. Diasumsikan
bahwa sistem fraktur/rekahan menghasilkan batuan dengan permebilitas sekunder
yang relatif tinggi yang dapat bertindak sebagai akuifer sistem celah.
Anomali Gas Radon Mengindikasikan Keberadaan Rekahan/Sistem Fraktur
Radon adalah anggota kelompok unsur yang meluruh
secara alamiah dalam bentuk gas yang memancarkan sinar α (alpha).
Terdapat isotop Radon yaitu :
- 222Rn (Rn) waktu paroh 3,82 hari berasal dari 238U,
- 220Rn atau Thoron
(Tn) waktu paroh 52,1 detik berasal dari 232Th,
- 219Rn atau Actinium (Ac) waktu paroh 3,93 detik
berasal dari 235U.
Pada hakekatnya secara umum batuan / soil mengandung U dan Th, hanya kadarnya yang
berbeda satu sama lain. Dalam survei ini yang dideteksi adalah gas Radon 222Rn
yang berasal dari 238U karena waktu parohnya yang panjang (3,82
hari), yang bergerak ke atas secara vertikal melalui rekahan sistem fraktur.
Survei gas radon dapat digunakan untuk mengidentifikasi sistem fraktur yang
ada di suatu daerah.
Pengukuran Intensitas Gas Radon Dengan Menggunakan MARKUS 10
Anomali
gas Radon dapat menggambarkan sistem fraktur bawah permukaan yang membentuk
permeabilitas sekunder (akuifer sistem
celah).
Sasaran utama dari pekerjaan ini adalah untuk
memperkuat dugaan keberadaan akuifer , dan kondisi geologi bawah permukaan.
Hasil survei digambarkan dalam bentuk penampang tegak korelasi tahanan jenis
batuan bawah permukaan.
Lingkup dan tahapan pelaksanaan pekerjaan ini
berturut-turut terdiri dari : penentuan lokasi titik sounding, pengukuran
resistivitas di lapangan, analisis data pengukuran, pembuatan penampang-penampang resistivitas, pembuatan penampang-penampang
tegak resistivitas batuan bawah permukaan, analisis dan korelasi geologi /
hidrogeologi bawah permukaan.
Metoda survei yang digunakan adalah "Vertical Electrical Sounding" dengan konfigurasi "Schlumberger"
guna mengidentifikasi keberadaan akuifer dan "Lateral Electrical
Sounding" dengan konfigurasi "dipole-dipole"
untuk mengidentifikasi struktur geologi.
Pengukuran resistivitas dilaksanakan dengan alat
resistivitymefer dengan jarak bentangan pengukuran (AB/2) hingga 500 meter
(total 1000 m) dengan harapan penetrasi sekurang-kurangnya mencapai 200 m.
Pola penyebaran titik-titik sounding dan arah
bentangan pengukuran disesuaikan dengan arah umum sebaran batuan dan struktur
geologi setempat, bentangan pengukuran dilaksanakan searah jurus penyebaran
batuan sehingga diperoleh data pengukuran
yang signifikan.
Kegiatan Survei Geofisika (geolistrik) Dengan Alat Resitivitymeter ABEM SAS 1000
Konfigurasi Schlumberger
Pengukuran dengan konfigurasi "Schlumberger", diharapkan mencapai penetrasi sekurang-kurangnyai 200 meter. Pengolahan data geolistrik tahanan jenis menggunakan perangkat lunak "1X1D" dan "Win Sev6".
Konfigurasi Dipole-Dipole
Susunan dipole-dipole banyak digunakan untuk
pemetaan (mapping) tahanan jenis batuan secara lateral. Pengukuran dengan
konfigurasi dipole-dipole dilaksanakan untuk mengetahui kemungkinan adanya
struktur geologi, kontinuitas penyebaran lateral formasi dan lain-lain.
Analisis terpadu ini ditujukan untuk menganalisis
data pemetaan geologi dan hidrogeologi, serta hasil penyelidikan geolistrik
yang dipertajam dengan survei teknik nuklir yaitu pengukuran radioaktivitas
soil/batuan dan pengukuran intensitas gas radon.
Hasilnya adalah suatu kesimpulan tentang model akuifer yang selanjutnya akan digunakan untuk menentukan lokasi potensial untuk dilakukan pemboran eksplorasi airtanah-dalam.
B. Kegiatan Pembuatan Sumur Eksplorasi/Produksi
Airtanah-Dalam
Kegiatan Pembuatan Sumur Eksplorasi
/Produksi Airtanah-Dalam
Penentuan lokasi pemboran berdasarkan hasil
kegiatan pelacakan airtanah-dalam sebelumnya.
Pekerjaan mobilisasi didahului dengan peninjauan
awal lokasi dengan penekanan pada : cara kesampaian lokasi pemboran kondisi
jalan yang akan dilalui), keberadaan sumber air pembilas dan cara
pengadaannya serta ketersediaan sarana penunjang
lapangan.
Persiapan pemboran
meliputi : penyiapan lahan untuk operasi pemboran, pemasangan menara dan
mesin bor, pembuatan kolam lumpur pemboran dan penyediaan air pembilas lumpur
dan pemasangan pipa lindung permukaan (surface casing).
Selama operasi pemboran dilakukan pencatatan yang meliputi :
tinggi muka airtanah dalam lubang pemboran, kecepatan penetrasi pemboran, sifat fisik lumpur pemboran dan indikasi zona - water losses/water flows.
Kegiatan Pemboran Pilot Hole
Hasil pemeriksaan disusun dalam bentuk log
litologi yang selanjutnya akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan
desain konstruksi sumur bersama-sama dengan hasil diagrafi nuklir lubang bor.
Diagrafi nuklir lubang pemboran dilakukan pada
lubang pemboran pilot hole, mulai dari permukaan sampai kedalaman total pemboran. Kegiatan ini dilaksanakan dengan peralatan diagrafi yang dilengkapi
dengan probe (sonde) yang diantaranya meliputi : Gamma Ray, resistivity
(short dan long normal), self potential
dan neutron-neutron.
Kegiatan
Diagrafi Lubang Pemboran
Dari hasil
diagrafi nuklir ini dapat diketahui kedalaman akuifer yang selanjutnya akan
digunakan untuk menentukan desain penempatan pipa-pipa saringan dan material
selubung pada saat konstruksi sumur (desain konstruksi sumur).
Pekerjaan Konstruksi Sumur (Well Construction) Pekerjaan konstruksi sumur merupakan pekerjaan pemasangan pipa dan material selimut pipa di dalam lubang pemboran. Posisi pemasangan material-material di dalam lubang akan disesuaikan dengan desain konstruksi sumur, dapat mengalir bebas kedalam sumur tanpa hambatan.
Kegiatan
Konstruksi Sumur
Tahapan pekerjaannya meliputi : pembersihan sumur
dengan larutan polu phospate dilanjutkan dengan penyempurnaan sumur
dengan metoda water jetting.
Kegiatan Penyempurnaan Sumur
Sasaran utama dari pekerjaan ini adalah mengetahui
parameter hidrolika sumur dan akifer yang diturap. Parameter ini akan
menentukan kapasitas sumur, debit maksimum sumur dan debit optimum pemompaan yang diperkenankan agar sumur
mempunyai umur penggunaan (life time) yang maksimum.
Uji pemompaan ini dilaksanakan dengan pompa selam
(submersible pump) dan penakar debit (fhomson/V noth). Selama pemompaan
dilakukan pengamatan penurunan muka airtanah di dalam sumur akibat pemompaan (drawdown).
Kegiatan Uji Pemompaan Tahapan pekerjaannya meliputi : Uji pemompaan bertahap, uji pemompaan menerus dengan debit tetap, diakhiri dengan uji pemulihan sumur.
Uji kualitas air sumur dilaksanakan laboratorium
yang meliputi : sifat fisika (bau, rasa,
warna, kekeruhan dan daya hantar listrik) dan sifat kimia air (pH,
jumlah zat padat terlarut, karbon dioksida
bebas, alkalinitas, kesadahan, kandungan kalsium, magnesium, besi,
mangan, ammonium, nitrit / nitrat, permanganat,
khlorida dan sulfat). Contoh air untuk pengujian laboratorium
diperoleh pada saat uji pemompaan menerus dengan debit tetap yang dimasukkan
ke dalam botol contoh berwarna gelap dan segera
dikirim ke laboratorium.
Pemasangan Pompa Submersible
Spesifikasi pompa yang dipasang disesuaikan dengan kondisi parameter hidrolika sumur dan akifer yang diturap. Kapasitas pompa yang dipasang dan letak pompa di dalam sumur akan disesuaikan dengan hasil uji pemompaan.
Pemulihan lokasi bekas pekerjaan pemboran akan dilaksanakan setelah pembongkaran semua
peralatan pemboran dan dipindahkan (demobilisasi) dari lokasi pemboran.
Kegiatan Pemasangan Pompa Submersible
Pekerjaan ini terutama meliputi : penimbunan bekas
galian kolam lumpur dan saluran-salurannya, pembersihan lokasi dari
kotoran-kotoran bekas pemboran, disertai dengan pemulihan lokasi seperti
keadaan semula.
Keadaan Lokasi Pembuatan Sumur Setelah Pemulihan Pekerjaan Pemboran
Analisis terpadu dilaksanakan
setelah selesai pekerjaan pembuatan sumur bor airtanah atau setelah
memperoleh seluruh data lapangan dan laboratorium. Data analisa mencakup :
hasil studi meja, hasil pelacakan, pemeriksaan keratan pemboran, pengujian
geofisika lubang bor, parameter hasil uji pemompaan / uji kambuhan dan hasil
analisa kwalitas air. Penekanan analisis adalah pada kondisi hidrogeologi
umum, kondisi sumur dan kemampuan maksimum, disamping kwalitas air yang dihasilkan.
Laporan mencakup seluruh data
lapangan dan laboratorium disertai dengan analisis dan perhitungan teknis.
Laporan akhir ini akan diserahkan setelah selesai seluruh pekerjaan pembuatan sumur bor airtanah.
|
terimakasih banyak atas pengetahuannya ! :)
BalasHapusGood
BalasHapus🌴